Sabtu, Maret 10, 2012

HIPOSPADIA

BAB I
PENDAHULUAN


A.                Latar Belakang

Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat tinggi pada bayi yang mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas pada bayi adalah Hipospadia.

Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 kelahiran bayi laki-laki hidup.

Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengelolaanya harus dilakukan oleh mereka yang betul-betul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.

Hipospadia dapat dikaitkan dengan kelainan kongenital lain seperti anomali ginjal, undesensus testikulorum dan genetik seperti sindroma klinefelter. Hipospadia tidak terjadi pada bayi perempuan, jika ada itu hanya sedikit sekali dibanding bayi laki-laki.

B.                Tujuan penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui, memahami dan mempelajari serta dapat menjelaskan pengertian hipospadia, etiologi, tanda gejala hipospadia, dan pentalaksanaan hipospadia.
C.                Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah dan memperluas pengetahuan tentang penyakit Hipospadia,     bagi penulis dan pembaca.
2. Memberikan informasi tentang Hipospadia bagi pembaca.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.                Tinjauan Teori Menurut Beberapa Referensi Buku
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan yang letak meatus uretra eksterna (dibagian permukaan muara atau saluran uretra) terletak lebih keproksimal yaiu lebih dekat dengan pangkal dipermukaan ventral penis. Pada keadaan normal meatus uretra ekstrena ini terletak pada ujung glans penis (bagian paling distal atau lebih jauh dari pangkal). (Hermana, Asep. 2000. Teknik Khitan Panduan Lengkap Sistematis dan Praktis. Jakarta : Widya Media).
Hipospadia adalah kelainan bawahaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis.(Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit : Jakarta : EGC)
Hipospadia adalah muara uretra yang terletak di bawah permukaan buah zakar. (Kamus Kedokteran. 2003. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC).
Sebuah teori mengungkapkan kelainan ini disebabkan oleh penghentian prematur perkembangan sel-sel penghasil androgen di dalam testis, sehingga produksi androgen terhenti dan mengakibatkan maskulinisasi inkomplit dari alat kelamin luar. Proses ini menyebabkan gangguan pembentukan saluran kencing (uretra), sehingga saluran ini dapat berujung di mana saja sepanjang garis tengah penis tergantung saat terjadinya gangguan hormonal. Semakin dini terjadinya gangguan hormonal, maka lubang kencing abnormal akan bermuara semakin mendekat ke pangkal. 

BAB III
PEMBAHASAN



1.1              Pengertian Hipospadia
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan spadon yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
Sebagian besar anak dengan kelainan hipospadia memiliki bentuk batang penis yang melengkung. Biasanya di sekitar lubang kencing abnormal tersebut terbentuk jaringan ikat (fibrosis) yang bersifat menarik dan mengerutkan kulit sekitarnya. Jika dilihat dari samping, penis tampak melengkung seperti kipas (chordee, bahasa Latin); secara spesifik jaringan parut di sekitar muara saluran kencing kemudian disebut chordee. Tidak setiap hipospadia memiliki chordee. Seringkali anak laki-laki dengan hipospadia juga memiliki kelainan berupa testis yang belum turun sampai ke kantung kemaluannya (undescended testis).
Klasifikasi Hipospadia
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/meatus :
1.                  Tipe Sederhana/Tipe Anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus teletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
                    
2.                  Tipe penil/Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan scrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya

      3.        Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umunya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan scrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun
1.2        Etiologi

Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :

1.      Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.

2.      Genetika                               
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.

3.      Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

1.3     Tanda gejala 
Letak lubang kencing yang masih di kepala penis biasanya jarang menimbulkan keluhan bagi penderita pada usia anak-anak. Keluhan akan timbul pada kelainan yang lebih berat dan pada usia penderita yang lebih tua.
Kelainan lebih berat yang menimbulkan keluhan, antara lain letak lubang kencing yang semakin ke arah pangkal penis dan/atau adanya bentuk penis yang melengkung. Jika kelainan bentuk ini tidak diperbaiki dengan tindakan operasi, penderita kelak akan mengalami gangguan fungsi berkemih berupa arah dan pancaran berkemih yang tidak normal. Pada keadaan yang sangat berat, penderita bahkan tidak dapat berkemih dalam posisi berdiri karena urin keluar merembes sehingga penderita akan lebih nyaman dalam posisi jongkok.
Masalah yang timbul akan semakin rumit sejalan bertambahnya usia penderita. Masalah psikologis timbul akibat bentuk penis yang tidak normal dan kebiasaan berkemih yang tidak lazim seperti anak laki-laki normal yang sebaya. Pada usia pascapubertas dan pada usiareproduksi, penderita akan mengalami masalah fungsi reproduksi berkenaan dengan bentuk penis yang melengkung saat ereksi, kesulitan penetrasi penis saat berhubungan badan dan gangguan pancaran ejakulasi.
1.4       Faktor Penyebab

Penyebab dari hipospadia sampai saat ini belum dapat diijelaskan secara pasti, namun teori-teori yang berkembang umumnya mengaitkan kelainan ini dengan masalah hormonal.

1.5              Penatalaksanaan

Untuk saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Operasi ini bertujuan untuk merekonstruksi penis agar lurus dengan orifisium uretra pada tempat yang normal atau diusahakan untuk senormal mungkin. Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam bulan sampai usia prasekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu “spesial”, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok aga urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Anak yang menderita hipospadia hendaknya jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan tindakan operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit preputium penis untuk menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia. Tahapan operasi rekonstruksi antara lain :
1. Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Hal ini dikarenakan pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatu chorda yang merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis penderita bengkok. Langkah selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis untuk menutup sulcus uretra.
2. Uretroplasty
Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada glans penis. Uretroplasty yaitu membuat fassa naficularis baru pada glans penis yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui tahap pertama.
Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentuknya. Urin untuk sementara dikeluaskan melalui sonde yang dimasukkan pada vesica urinaria (kandung kemih) melalui lubang lain yang dibuat olleh dokter bedah sekitar daerah di bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.

1.6              Asuhan Kebidanan
Ibu Z melakukan persalinanan di BPS, setelah dilakukian pemeriksaan Bayi Baru Lahir  secara inspeksi bidan mendapati bayi ibu Z memiliki saluran atau lubang kencing tidak pada tempat semestinya. Yang Perlu bidan lakukan adalah menjelaskan hasil pemeriksaan fisik pada ibu, dan memberitahu secara jelas tentang keadaan bayinya yang memiliki kelainan pada lubang saluran kencing.

Bidan juga menjelaskan tentang penanganan kelainan saluran kencing yang disebut Hipospadia. Penanganan Hipospadia bisa diatasi dengan pemeriksaan fisik kepada bayi yang baru lahir dan apabila bayi tersebut menglami hipospadia bidan sebaiknya melakukan rujukan kepada dokter agar bayi tersebut mendapat penanganan medis dengan lebih lanjut dan bisa dilakuakan operasi yang bertujuan untuk menjadikan penis menjadi lurus dan menjadikan saluran kencing tepat pada tempatnya.

Operasi sebaiknya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan sampai usia prasekolah Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu “spesial”, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok agar urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Apabila waktu atau usia telah mencukupi segera rujuk dan dibawa ke Rumah Sakit


BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengelolaanya harus dilakukan oleh mereka yang betul-betul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan yang letak meatus uretra eksterna (dibagian permukaan muara atau saluran uretra) terletak lebih keproksimal yaiu lebih dekat dengan pangkal dipermukaan ventral penis. Pada keadaan normal meatus uretra ekstrena ini terletak pada ujung glans

 Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/meatus :
1.Tipe Sederhana/Tipe Anterior
2. Tipe penil/Tipe Middle
3 Tipe Posterior.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar