Sabtu, Maret 10, 2012

OBSTRUKSI BILIARIS


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini, banyak sekali perubahan baik ilmu pengetahuan, teknologi maupun perubahan pola pikir masyarakat. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas dan profesionalisme pemberian pelayanan kesehatan semakin meningkat. Kebidanan sebagai profesi dan bidan sebagai tenaga profesional juga dituntut untuk bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan kebidananan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Tenaga bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa bidan merupakan “back bone” untuk mencapai target-target global, nasional maupun daerah. Hal ini disebabkan karena bidan merupakan tenaga kesehatan yang melayani pasien selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada garis terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan membantu memberikan informasi tentang kesehatan.
B.        Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memberikan kemampuan kepada mahasiswi untuk memahami kelainan - kelainan yang terjadi pada bayi baru lahir.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Obstruksi Biliaris
Obstruksi Biliaris adalah suatu kelainan bawaan dimana terjadi penyumbatan pada saluran empedu sehingga cairan empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan dalam feses atau obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis.
Obstruksi biliaris yaitu timbunan kristal didalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu.
Obstruksi billiaris adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.
B.     Fungsi Empedu
Fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang kedap yang terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi volumenya 80-90% fungsi penting garam empedu yaitu: 
1. Berperan dalam emulsi lemak, asam empedu membantu mengemulsi partikel-partikel lemak yang besar menjadi partikel yang lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim.
2. Dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan dalam getah pangkres, asam empedu membantu transport dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menembus membran sel.
3. Berperan dalam mengeluarkan beberapa produk buangan dari darah antara lain bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran hemoglobin dan kelebihan kolesterol yang dibentuk oleh sel- sel hati. Sedangkan fungsi utama dari kandung empedu adalah menyimpan cairan empedu yang secara terus menerus disekresi oleh hati, mengkonsentrasikan cairannya dengan cara mereabsorpsi cairan dan elektrolit. 
                                                                             
BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Obtruksi Biliaris
Obstruksi Biliaris adalah suatu kelainan bawaan dimana terjadi penyumbatan pada saluran empedu sehingga cairan empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan dalam feses (sebagai sterkobilin).
B.     Etiologi Obtruksi Biliaris
Penyebab obstruksi biliaris sendiri belum diketahui secara pasti yang tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan didalam feses.
C.    Gejala Obtruksi Biliaris
Adapun gejala-gejala dari obstruksi biliaris diantaranya yaitu:
1.      Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
2.      Perut agak membuncit
3.      Muntah setelah beberapa jam dilahirkan
Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten, empedu yang terbendung dapat mengalami infeksi, menimbulkan kolangitis dan abses hepar. Kekurangan empedu dalam usus halus mempengaruhi absorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalnya beberapa jenis vitamin).
Obstruksi akut duktus biliaris utama pada umumnya disebabkan oleh batu empedu. Secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan timbul demam. Kolangitis dapat belanjut menjadi abses hepar.
Obstuksi biliaris yang berulang menimbulkan fibrosis traktus portal dan regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder.
D.    Diagnosa Obtruksi Biliaris
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, adanya tanda ikterus atau kuning pada kulit, pada mata dan dibawah lidah. Pada pemeriksaan perut, hati teraba membesar kadang juga disertai limfa yang membesar.
Pemeriksaan Laboratorium dan Imaging:
1.      Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin) dilakukan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase, GGT dan faktor pembekuan darah.
2.      Rontgen perut (tampak hati membesar)
3.      Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif yaitu dengan memasukkan cairan tertentu kejaringan empedu untuk mengetahui kondisi saluran empedu. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif dilakukan dengan visualisasi langsung untuk mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan operasi kasai.
4.      Breath test dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam mematabolisir sejumlah obat.  Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan) maupun intravena (melalui pembuluh darah).
5.      Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.
6.      USG menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu. Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan structural seperti tumor. USG merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk memberikan gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu. Dengan USG, dokter dengan mudah bisa mengetahui adanya batu empedu didalam kandung empedu. USG dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan fungsi sel hati. USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan aliran darah dalam pembuluh darah dihati. USG juga bisa digunakan sebagai penuntun pada saat memasukkan jarum untuk mendapatkan contoh jaringan biopsi.
7.      Imaging radionuklida (radioisotop) menggunakan bahan yang mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh dan diikat oleh organ tertentu. Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma yang dipasangkan pada sebuah komputer.
8.      Skening hati merupakan penggambaran radionuklida yang menggunakan substansi radioaktif, yang diikat oleh sel-sel hati.
9.      Koleskintigrafi menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu (kolesistitis).
10.  CT scan bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk mencari tumor. Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difusi (tersebar), seperti perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal secara abnormal (hemokromatosis). Tetapi karena menggunakan sinar X dan biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak banyak digunakan.
11.  MRI memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan. Pemeriksaan ini lebih mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus berbaring dalam ruangan yang sempit, menyebabkan beberapa penderita mengalami klaustrofobia (takut akan tempat sempit).
12.  Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd merupakan suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut, melewati lambung dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat radiopak kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil foto rontgen dari saluran empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas (pankreatitis) pada 3-5% penderita.
13.  Kolangiografi transhepatik perkutaneus menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit kedalam hati, kemudian disuntikkan zat radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan USG untuk menuntun masuknya jarum. Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu, terutama penyumbatan didalam hati.
14.  Kolangiografi operatif  yaitu menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen. Selama suatu pembedahan, zat tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu. Foto rontgen akan menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu.
15.  Foto rontgen sederhana sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.
16.  Pemeriksaan Biopsi hati yaitu untuk melihat struktur organ hati apakah terdapat sirosis hati atau komplikasi lainnya. Laparotomi biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.
17.  Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan).
E.     Pencegahan Obtruksi Biliaris
Dapat mengetahui setiap faktor resiko yang dimiliki, sehingga bisa mendapatkan promotif diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. maka penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah.
Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu) seperti harus terpenuhinya nutrisi selama hamil seperti asam folat, vitamin B kompleks dan protein dengan keadaan fisik yang menunjukan  anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat).

F.     Penatalaksanaan Obtruksi Biliaris
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor. Dapat pula upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopi baik melalui papila vater atau dengan laparoskopi.
          Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso bilier, pipa T pada duktus koledokus, atau kolesistostomi. Drenase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan bilio digestif. Drenase interna ini dapat berupa kelesisto-jejunostomi, koledoko-duodenostomi, koledoko-jejunustomi atau hepatiko-jejunustomi.
1.      Asuhan Kebidanan
1.      Pertahanan kesehatan bayi dengan pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, pencegahan hipotermia, pencegahan infeksi dan lain-lain.


2.      Lakukan konseling pada orang tua agar mereka menyadari bahwa kuning yang dialami bayinya bukan kuning biasa tetapi disebabakan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu.
3. Lakukan inform consent dan inform choice untuk dilakukan rujukan.
2.   Penatalaksanaan medisnya ialah dengan operasi elektif.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Obstruksi biliaris  terdapat diantara hati dan usus halus terdapat saluran yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya empedu yang diproduksi hati menuju usus. Penyebab obstruksi biliaris sendiri belum diketahui secara pasti, gejala dan tandanya ikterus, muntah dan perut membuncit serta penanganannya operasi elektif serta memberikan konseling  pada orang tua.
B.     Saran
Dalam makalah ini tidak menutup kemungkinan masih terdapat banyak kekurangan baik menyangkut isi maupun penulisan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini  selanjutnya dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya dalam menambah wawasan pengetahuan tentang kelainan- kelainan yang terjadi pada bayi baru lahir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar