BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hernia penonjolan peritoneum dan struktur abdominal
linnya lewat sebuah celah pada dinding rongga abdomen, selama
ini lebih dikenal sebagai penyakit pria, karena hanya kaum pria yang mempunyai
bagian khusus dalam rongga perut untuk mendukung fungsi alat kelaminnya.
Berdasarkan penyebab terjadinya, hernia dapat dibedakan menjadi hernia bawaan
(congenital) dan hernia dapatan (akuisita). Sedangkan menurut letaknya, hernia
dibedakan menjadi hernia inguinal adalah terjadi penonjolan pada lipatan paha karena usus yang masuk
ke dalam saluran inguinal, umbilical adalah disebabkan karena rongga perut yang
masuk melalui cincin umbilikalis (pusar), femoral adalah Tampak berupa benjolan di lipat paha
melalui anulus femoralis, diafragma adalah penonjolan organ perut ke dalam
rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma dan masih
banyak lagi nama lainnya.
Bagian
hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia itu sendiri. Isi hernia
yaitu usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum). Bila ada bagian
yang lemah dari lapisan otot dinding perut, maka usus dapat keluar ke tempat
yang tidak seharusnya, yakni bisa ke diafragma (batas antara perut dan dada),
bisa di lipatan paha, atau di pusar.
Umumnya hernia tidak menyebabkan nyeri. Namun, akan
terasa nyeri bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Infeksi akibat hernia
menyebabkan penderita merasakan nyeri yang hebat, dan infeksi tersebut akhirnya
menjalar dan meracuni seluruh tubuh.
B.
Tujuan
Penulisan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui, memahami dan mempelajari serta
dapat menjelaskan pengertian hernia
diafragmatika, etiologi,gejala klinis, dan penatalaksanaan.
C.
Manfaat
Penulisan
1. Untuk
mahasiswa sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan
2. Untuk
institusi sebagai referensi dalam kegiatan perkuliahan untuk mencapai
peningkatan mutu dan kualitas mahasiswa
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
(Long. 1996 : 246)
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang
besar atau terdapat resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan
herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam fascia. Akibat dan
keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi
pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi ini
sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak
nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri.
B.
(Ester, 2002 : 55)
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari
jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus) memotong suplai darah ke segmen
hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan
bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena
kekurangan suplai darah.
C.
(Sue Hinchliff, 1999 : 206).
Hernia adalah protusio (penonjolan)
abnormal suatu organ atau bagian suatu organ melalui lubang (apertura) pada
stuktur disekitarnya, umumnya protusio organ abdominal melalui celah dari
dinding abdomen.
D.
(Griffith, 1994)
Secara umum Hernia merupakan
protusio atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ internal melalui
pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang mengelilinginya dan kelemahan
pada jaringan ikat suatu organ tersebut.
E.
(Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005 : 523)
Hernia merupakan protusio atau
penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia
F.
(Mansjoer, Arief, 200 : 382)
Hernia adalah masuknya organ kedalam
rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis berobliterasi (paten)
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Hernia
diafragmatika
1.
Definisi
Hernia
Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu
lubang pada diafragma. Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga dada dan
rongga perut. Secara anatomi serat otot yang terletak lebih medial dan lateral
diafragma posterior yang berasal dari arkus lumboskral dan vertebrocostal
triagone adalah tempat yang paling lemah dan mudah terjadi rupture.
Menurut lokasinya hernia diafragma traumatika 69 % pada
sisi kiri, 24 % pada sisi kanan, dan 15 % terjadi bilateral. hal ini terjadi
karena adanya hepar di sisi sebelah kanan yang berperan sebagai proteksi dan
memperkuat struktur herniadiafragma sisi sebelah kanan. Organ
abdomen yang dapat mengalami herniasi antara lain gaster, omentum, usus halus,
kolon, limpa’dan hepar. Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun
strangulata dari saluran cerna yang mengalami herniasi ke rongga toraks ini.
Pada neonatus hernia ini di sebabkan
oleh gangguan pembentukan diafragma. Seperti di ketahui diafragma dibentuk dari
3 unsur yaitu membrane pleuroperitonei, septum tranversum dan pertumbuhan dari
tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat
berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma, gangguan fungsi ketiga unsur dan gangguan pembentukan
otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan
pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan
everentasi
2.
Etiologi
Adanya
kegagalan lubang pleuroperitoneal (membran serosa yang membungkus paru-paru dan
melapisi rongga dada) untuk menyatu pada saat janin berumur 7-8 minggu. Hal ini
bisa terjadi karena kelainan komponen otot pada rongga dada. Sebagai akibatnya
timbullah tekanan hyipoplasdia pada paru-paru disertai pemindahan
organ/jaringan yang memisahkan kedua paru ke rongga di depan, belakang, serta
atas bawah kesisi yang berlawanan di diafrangma
Menurut lokasinya hernia diafragma traumatika 69 % pada sisi kiri, 24 % pada
sisi kanan, dan 15 % terjadi bilateral. Hal ini terjadi karena adanya hati di
sisi sebelah kanan yang berperan sebagai proteksi dan memperkuat struktur
hemidiafragma sisi sebelah kanan. Organ abdomen yang dapat mengalami herniasi
antara lain gaster(lambung), omentum, usus halus, kolon, limpa dan hepar. Juga
dapat terjadi hernia inkarserata maupun strangulata dari saluran cerna yang
mengalami herniasi ke rongga toraks ini.
3.
Gejala klinis
Gejala
klinis yang biasa muncul tak berbeda jauh dari penyakit-penyakit pada umumnya,
seperti :
1) Gangguan pernafasan yang berat
2) Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen) .
3) Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
4) Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
5) Takikardia (denyut jantung yang cepat)
6) Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris
7) Tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia
8) Bising usus terdengar di dada
9) Perut teraba kosong.
10) Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui
hernia.
11)
Paru-paru pada sisi hernia tidak
berkembang secara sempurna. Jika hernianya besar
12)
Setelah lahir, bayi akan menangis
dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang
mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat
pernafasan.
Bayi dengan gejala tersebut segera bawa ke
bidan atau dokter saat melihat gejala-gejala tadi, agar diagnosa penyakit
segera bisa di tegakkan.
Gejala
khususnya muncul berdasarkan berat-ringan hernia :
a.
Reponible
Benjolan di daerah lipat paha atau
umbilikus tampak keluar masuk (kadang-kadang terlihat menonjol, kadang-kadang
tidak). Benjolan ini membedakan hernia dari tumor yang umumnya menetap. Ini
adalah tanda yang paling sederhana dan ringan yang bisa dilihat dari hernia
eksternal. Bisa dilihat secara kasat mata dan diraba, bagian lipat paha dan
umbilikus akan terasa besar sebelah. Sedangkan pada bayi wanita, seringkali
ditemukan bahwa labianya besar sebelah. Labia adalah bagian terluar dari alat
kelamin perempuan.
b.
Irreponible
Benjolan yang ada sudah menetap, baik di
lipat paha maupun di daerah pusat. Pada hernia inguinalis misalnya, air atau
usus atau omentum (penggantungan usus) masuk ke dalam rongga yang terbuka
kemudian terjepit dan tidak bisa keluar lagi. Di fase ini, meskipun benjolan
sudah lebih menetap tapi belum ada tanda-tanda perubahan klinis pada anak.
c.
Incarcerata
benjolan sudah semakin menetap karena
sudah terjadi sumbatan pada saluran makanan sudah terjadi di bagian tersebut.
Tak hanya benjolan, keadaan klinis bayi pun mulai berubah dengan munculnya
mual, muntah, perut kembung, tidak bisa buang air besar, dan tidak mau makan.
d.
Strangulata
ini adalah tingkatan hernia yang paling
parah karena pembuluh darah sudah terjepit. Selain benjolan dan gejala klinis
pada tingkatan incarcerata, gejala lain juga muncul, seperti demam dan
dehidrasi. Bila terus didiamkan lama-lama pembuluh darah di daerah tersebut
akan mati dan akan terjadi penimbunan racun yang kemudian akan menyebar ke
pembuluh darah. Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis yaitu beredarnya kuman
dan toxin di dalam darah yang dapat mengancam nyawa si bayi. Sangat mungkin
bayi tidak akan bisa tenang karena merasakan nyeri yang luar biasa.
4.
Faktor
Penyebab
Salah
satu penyebab terjadinya hernia diafragma adalah trauma pada abdomen, baik
trauma penetrasi maupun trauma tumpul abdomen. Baik pada anak-anak maupun orang
dewasa. Mekanisme dari cedera dapat berupa cedera penetrasi langsung pada
diafragma atau yang paling sering akibat trauma tumpul abdomen. Pada trauma
tumpul abdomen, penyebab paling sering adalah akibat kecelakaan sepeda motor.
Hal ini menyebabkan terjadi penigkatan tekanan intraabdominal yang dilanjutkan
dengan adanya rupture pada otot-otot diafragma. Pada trauma penetrasi paling
sering disebabkan oleh luka tembak senjata api dan luka tusuk senjata tajam.
Sekitar 0,8-1,6 % dengan trauma tumpul pada abdomen mengalami rupture pada
diafragma. Perbandingan insiden pada laki-laki dan perempuan sebesar 4:1.
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi pada sisi
tubuh bagian kiri
5.
Penatalaksanaan
1.
pengobatan
Hernia diafragmatika diatasi
dengan pembedahan darurat.
Organ perut harus dikembalikan ke rongga perut dan lubang pada diafragma diperbaiki.
Organ perut harus dikembalikan ke rongga perut dan lubang pada diafragma diperbaiki.
2.
Asuhan hernia diafragmatika
Ø Masalah
Ny.
P datang dengan membawa anaknya berumur 1 bulan dengan keluhan nafasnya lebih
cepat dari pada biasanya, bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama, mual
muntah, dan susah makan. Ibu merasa khawatir dan takut terjadi apa-apa pada
anaknya.
Ø Pemeriksaan fisik pada bayi
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Compos mentis
TB : 48 cm
BB : 2800 gram
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Compos mentis
TB : 48 cm
BB : 2800 gram
2. TTV
Suhu : 36C
Nadi : 50x/menit
Respirasi : 23x/menit
Suhu : 36C
Nadi : 50x/menit
Respirasi : 23x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Leher
Rambut : Hitam lurus
Mata : Konjungtiva merah jambu, sklera putih
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip
Mulut :Tidak sumbing
Telinga : Simetris
Leher : Tidak ada benjolan
Rambut : Hitam lurus
Mata : Konjungtiva merah jambu, sklera putih
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip
Mulut :Tidak sumbing
Telinga : Simetris
Leher : Tidak ada benjolan
b. Dada
Dada asimetris saat bernapas, terdapat bising usus di dada. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
Dada asimetris saat bernapas, terdapat bising usus di dada. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
c. Abdomen
Perut teraba kosong
Perut teraba kosong
d. Genetalia
Tidak ada kelainan pada genetalia
Tidak ada kelainan pada genetalia
e. Ekstremitas
Gerak normal, tidak ada kelainan, jumlah jari tangan kanan 5 kiri 5, jumlah jari kaki kanan5 kiri 5, tidak ada pembengkakan atau bercak-bercak hitam.
Gerak normal, tidak ada kelainan, jumlah jari tangan kanan 5 kiri 5, jumlah jari kaki kanan5 kiri 5, tidak ada pembengkakan atau bercak-bercak hitam.
f. Integumen
Warna kulit merah, turgor baik, sedikit ada vernik pada tubuh bayi, tidak ada pembengkakan bercak-bercak hitam.
Warna kulit merah, turgor baik, sedikit ada vernik pada tubuh bayi, tidak ada pembengkakan bercak-bercak hitam.
g. Reflek
Menghisap : (−)
Menggengam : (+)
Menghisap : (−)
Menggengam : (+)
Ø Penatalaksanaan
Jelaskan
pada ibu tentang keadaan atau kondisi bayinya
Pantau
keadaan bayi dan kaji daerah abdomen
Lakukan
perawatan pada bayi
Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering
mungkin agar bayi tidak dehidrasi
Jaga kehangatan pada bayi
Segera
beri oksigen
Merencakan
merujuk bayi kefasilitas yang lebih memadai
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hernia Diafragmatika adalah
penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada
diafragma. Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut.
Secara anatomi serat otot yang terletak lebih medial dan lateral diafragma
posterior yang berasal dari arkus lumboskral dan vertebrocostal triagone adalah
tempat yang paling lemah dan mudah terjadi rupture.
Pada neonates hernia ini di
sebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Seperti di ketahui diafragma
dibentuk dari 3 unsur yaitu membrane pleuroperitonei, septum tranversum dan
pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada.
B.
Saran
Diharapkan kepada mahasiswa akbid
Kutai Husada agar lebih mengenali ciri-ciri herni diafragmatika agar dapat
memberikan asuhan yang tepat berupa konseling dan tindakan pengobatan yang
tepat kepada pasien, khususnya kepada bayi dan balita yang memiliki gejala atau
tanda-tanda hernia diafragmatika, sehingga dapat segera dilakukan penangan
gejala hernia diafragmatika yang terdapat pada anak, karena bila terlambat akan
membahayakan penderita.
DAFTAR
PUSTAKA
http://nursingbegin.com/askep-hernia
(15-09-2011) jam 20.23
jam
(20.56)
Varney, Helen. 2007.
Asuhan kebidanan. Jakarta: EGC
Hartono, andry. 2005.
Kamus saku bidan. Jakarta: EGC
Behrman. 1999. Ilmu
kesehatan anak 2. Jakarta:EGC
Staf pengajar ilmu
kesehatan anak.1985. ilmu kesehatan anak 1. Jakarta: Pencerakan info medika
OBAT HERNIA
BalasHapusTERIMA KASIH INFO, SANGAT BERMANFAAT