BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Penyakit
Hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan berupa aganglionik usus, mulai dari
spinkter ani interna kearah proksimal dengan panjang yang bervariasi, tetapi
selalu termasuk anus dan setidak-tidaknya sebagian rektum dengan gejala klinis
berupa gangguan pasase usus fungsional (Kartono,1993)
Zuelser dan Wilson
(1948) mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan
ganglion parasimpatis. Sejak saat itu penyakit ini lebih di kenal dengan
istilah aganglionosis kongenital.
Penyakit
ini pertama kali ditemukan oleh Herald Hirschsprung tahun 1886, namun
patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas hingga tahun
1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai
pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus
akibat defisiensi ganglion (Kartono, 1993)
B.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penulis dalam menyusun makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas perkuliahan yang
diberikan kepada penulis serta untuk:
1.
Memahami
definisi dari penyakit hirschprung
2.
Memahami
tandadan gejala penyakit hirschprung
3.
Memahami dan
mampu memberikan pengobatan terhadap penyakitt hirschprung
C.
Sistematika Penulisan
Adapun isi /
sistematika dari makalah ini yaitu:
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I :
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan Penulisan
Bab II : TINJAUAN TEORI
A.
Teori Menurut
Para Ilmuan
Bab III : PEMBAHASAN
A.
Definisi
B.
Etiologi
C.
Tanda dan gejala
D.
Faktor penyebab
E.
Penatalaksanaan
Bab IV : PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
Glosarium
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Teori menurut Ilmuan
Ruysch (1961) pertama kali melaporkan
hasil autopsi adanya usus yang aganglionik (tidak adanya sel ganglion) pada seorang anak usia 5 tahun dengan
manifestasi berupa megakolon (dilatasikolon) (Fonkalsrud,1997; Swenson
dkk,1990). Namun baru 2 abad kemudian Harald Hirschsprung (1886) melaporkan
secara jelas gambaran klinis penyakit ini, yang pada saat itu diyakininya
sebagai suatu megakolon kongenital. Dokter bedah asal Swedia ini melaporkan
kematian 2 orang pasiennya masing-masing usia 8 dan 11 bulan yang menderita
konstipasi kronis, malnutrisi dan enterokolitis. Teori yang berkembang saat itu
adalah diyakininya faktor keseimbangan syaraf sebagai penyebab kelainan ini,
sehingga pengobatan diarahkan pada terapi obat-obatan dan simpatektomi (Swenson
dkk,1990).
Namun kedua jenis pengobatan ini tidak memberikan perbaikan yang
signifikan. Valle (1920) sebenarnya telah menemukan adanya kelainan patologi
anatomi pada penyakit ini berupa absennya ganglion parasimpatis pada pleksus
mienterik(aurbach) dan pleksus sub-mukosa(meissner), namun saat itu pendapatnya
tidak mendapat dukungan para ahli.
Barulah 2 dekade kemudian, Robertson dan
Kernohan (1938) mengemukakan bahwa megakolon pada penyakit Hirschsprung
disebabkan oleh gangguan peristaltik usus mayoritas bagian distal akibat
defisiensi ganglion (Kartono,1993)
Okamoto dan Ueda lebih lanjut menyebutkan bahwa penyakit Hirschsprung
terjadi akibat terhentinya proses migrasi sel neuroblas dari krista neuralis
saluran cerna atas ke distal mengikuti serabut-serabut vagal pada suatu tempat
tertentu yang tidak mencapai rektum (Kartono,1993)
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah
suatu penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang
tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang
mengendalikan kontraksi ototnya.
Penyakit Hirschsprung disebut
juga kongenital aganglionik megakolon. Dilihat dari namanya penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah
atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan”
usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar
(megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap
individu.
Penyakit hirschprung di
sebut juga congenital aganglionosis atau megakolon (ganglionic megakolon) yaitu
tidak adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam
kolon.(Suriadi skp;Rita yuliani skp.2001.hal 241). Penyakit hirschprung juga
dikenal sebagai megakolon aganggliongik adalah penyakit yang ditandai dengan
tidak adanya sel-sel ganglion parasimpatik pada sebagian kolon. keadaan ini
menyebabkan kurangnya peristalsis pada segmen usus yang terkena sehingga
menyebabkan ketidak mampuan untuk mengeluarkan feses. (Morgan.2002). Dari
berbagai pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa penyakit hirschprung
merupakan penyakit megakolon yang hanya terdapat sel ganglion pada sebagian
kolon yang dapat menyebabkan ketidakmampuan dalam mengeluarkan feses.
Sistem
syaraf autonomik intrinsik pada usus terdiri dari 3 pleksus :
1. Pleksus Auerbach :
terletak diantara lapisan otot sirkuler dan longitudinal
2. Pleksus Henle : terletak
disepanjang batas dalam otot sirkuler
3. Pleksus Meissner :
terletak di sub-mukosa.
Pada penderita penyakit Hirschsprung, tidak dijumpai ganglion pada
ke-3 pleksus tersebut. (Fonkalsrud dkk,1997; Swenson dkk,1990).
B.
Etiologi
Adapun yang menjadi
penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena
faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom,
kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio
kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
C.
Patofisiologi
Persyarafan
parasimpatik colon didukung oleh ganglion. Persarafan parasimpatik yang tidak
sempurna pada bagian usus yang aganglionik mengakibatkan peristaltik abnormal,
sehingga terjadi konstipasi dan obstruksi. Tidak adanya ganglion disebabkan
kegagalan dalam migrasi sel ganglion selama perkembangan embriologi. Karena sel
ganglion tersebut bermigrasi pada bagian kaudal saluran gastrointestinal
(rectum), kondisi akan memperluas hingga proximal dari anus. Semua ganglion
pada intramular plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi
peristaltik secara normal. Penyempitan pada lumen usus, tinja dan gas akan
terkumpul di bagian proximal dan terjadi obstruksi dan menyebabkan di bagian
kolon tersebut melebar (megakolon).(Suriadi;Rita yuliani.2001).
D.
Faktor Penyebab
Dalam
keadaan normal, bahan makanan yang dicerna bisa berjalan di sepanjang usus
karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi
ritmis ini disebut gerakan peristaltik). Kontraksi otot-otot tersebut
dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion, yang terletak dibawah
lapisan otot. Pada penyakit Hirschsprung, ganglion ini tidak ada, biasanya
hanya sepanjang beberapa sentimeter. Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltic
sehingga tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna dan terjadi
penyumbatan. Penyakit Hirschsprung 5 kali lebih sering ditemukan pada bayi
laki-laki. Penyakit ini kadang disertai
dengan
kelainan bawaan lainnya, misalnya sindroma Down
E.
Tanda dan Gejala
Pada bayi yang baru lahir :
·
Segera setelah lahir, bayi tidak dapat
mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir)
·
Tidak dapat buang air
besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
·
Perut menggembung
·
Muntah
·
Diare encer (pada bayi
baru lahir)
·
Berat badan tidak
bertambah, mungkin terjadi retardasi pertumbuhan
·
malabsorbsi.
Pada
anak :
·
Failure to thrive (gagal tumbuh)
·
Nafsu makan tidak ada
(anoreksia)
·
Rektum yang kosong
melalui perbaan jari tangan
·
Kolon yang teraba
·
Hipoalbuminemia
Kasus
yang lebih ringan mungkin baru akan terdiagnosis di kemudian hari. Pada anak
yang lebih besar, gejalanya adalah sembelit menahun, perut menggembung dan
gangguan pertumbuhan.
·
Klasifikasi
Berdasarkan panjang
segmen yang terkena dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: ( Ngastiyah.1997 )
1.
Penyakit
hischrprung segmen pendek.
Segmen
aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid ; ini merupakan kasus penyakit
hirschprung dan lebih sering ditemukan pada laki- laki daripada perempuan.
2.
Penyakit hirschprung
segmen panjang.
Kelainan dapat
melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Ditemukan sama banyak pada laki- laki maupun perempuan.
·
Pemeriksaan
penunjang
1. Pemeriksaan
elektrolit, albumin, urinalisis dan fungsi tiroid.
2. Rontgen
perut (menunjukkan pelebaran usus besar yang terisi oleh gas dan tinja)
3. Barium enema
4.
Manometri anus
(pengukuran tekanan sfingter anus dengan cara mengembangkan balon di dalam
rektum)
5.
Pemeriksaan
colok anus. Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu
tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahui bahu dari tinja,
kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi
pembusukan.
F.
Penatalaksanaan
·
Pengobatan
Pengobatan
dengan diberikan obat-obat yang bersifat simptomatis atau definitif. Pada
keadaan gawat darurat, mungkin juga diperlukan koreksi cairan dan keseimbangan
elektrolit.
·
Konservatif
Pada
neonatus dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan
mekonium dan udara.
·
Tindakan Bedah
Sementara
Untuk
mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan
kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6
bulan atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis,
diberikan antibiotic
·
Pembedahan / operasi
Penatalaksaan operasi
adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan
dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga
fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan
dalam penatalaksanaan medis yaitu :
1.
Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen
aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan
terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
2.
Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi
biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg (20 pounds) atau sekitar 3 bulan
setelah operasi pertama (Betz Cecily & Sowden 2002 : 98)
G. Asuhan Kebidanan
·
Observasi tanda
vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
·
Observasi
pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah
·
Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi
feses
·
Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan.
Asuhan yang dapat diberikan tergantung
pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama
periode neonatal, perawatan yang diutamakan antara lain :
1.
Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan
kongenital pada anak secara dini
2.
Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
3.
Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis
(pembedahan)
Pada preoperasi harus
diperhatikan juga kondisi klinis anak–anak dengan malnutrisi. Anak–anak dengan
malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyakit
Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu penyumbatan pada usus
besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian
dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya.
Biasanya timbul gejala seperti tinja
tidak dapat keluar. Biasanya bayi baru lahir akan mengeluarkan tinja pertamanya
(mekonium) dalam 24 jam pertama. Namun pada bayi yang menderita penyakit
Hirschsprung, tinja akan keluar terlambat atau bahkan tidak dapat keluar sama
sekali. Selain itu perut bayi juga akan terlihat menggembung, disertai muntah
dan jika dibiarkan lebih lama, berat badan bayi tidak akan bertambah dan akan
terjadi gangguan pertumbuhan. Penyakit ini disebabkan oleh Segmen
usus yang tidak memiliki gerakan peristaltic sehingga tidak dapat mendorong
bahan-bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan.
Penatalaksanaan pada penyakit ini yaitu dengan
pemerian pengobatan, kolostomi sementara dan pembedahan yang terdiri dari 2
tahapan yaitu temporani ostomy daan pembedahan koreksi serta diperlukannya
pemeriksaan penunjang untuk memperkuat diagnose dari pemeriksaan yang
dilakukan.
B.
Saran
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya dalam
menerapkan ilmu kebidanan dalam praktiknya dilapangan kelak. Penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran yang membangun dari
makalh ini kami harapkan demi perbaikan makalah / tugas kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar