BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah-masalah
yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang
dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara
persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut
sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya
tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri
dengan perawatan yang baik dan adekuat.
Keberhasilan
penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung dari pengetahuan dasar
dan penentuan diagnosis dini, persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan
pembedahan serta perawatan pasca operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik
akan meningkatkan keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak.
B.
Ruang Lingkup Masalah
Ruang
lingkup pembahasan yang akan dibahas yaitu mengenai penonjolan dari usus pada
bayi baru lahir atau biasa disebut omfalokel.
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mahasiswa mampu
mempelajari dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi lahir dengan trauma
lahir.
2.
Untuk
mengingatkan kita kembali, untuk semaksimal mungkin melakukan penatalaksanaan serta
menurunkan morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak.
D.
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Ruang Lingkup
Masalah
C.
Tujuan Penulisan
D.
Metodologi
Penulisan
E.
Sistematika
Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Uraian materi
BAB III PEMBAHASAN
A.
Pengertian Omfalokel
B. Etiologi
C.
Tanda dan Gejala Omfalokel
D.
Penyebab Terjadinya Ompalokel
E.
Penatalaksanaan Omfalokel
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
Glosarium
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Uraian Materi
Omphalokel
secara bahasa berasal dari bahasa yunani omphalos yang berarti umbilicus = tali
pusat dan cele yang berarti bentuk hernia. Omphalokel diartikan sebagai suatu
defek sentral dinding abdomen pada daerah cincin umbilikus (umbilical
ring) atau cincin tali pusar sehingga terdapat herniasi organ-organ
abdomen dari cavum abdomen namun masih dilapiasi oleh suatu kantong atau
selaput. Selaput terdiri atas lapisan amnion dan peritoneum. Diantara
lapisan tersebut kadang-kadang terdapat lapisan wharton’s jelly. Warton’s jelly
adalah jaringan mukosa yang merupakan hasil deferensiasi dari jaringan
mesenkimal (mesodermal). Jelly mengandung kaya mukosa dengan sedikit
serat dan tidak mengandung vasa atau nervus.
Menurut Lelin-Okezone
pada tahun 2007, omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior
abdomen pada dasar dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen.
Organ-organ yang berherniasi dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah 10
minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga membungkus massa hernia. Omphalocele
adalah kondisi bayi waktu dilahirkan perut bagian depannya berlubang dan usus
hanya dilapisi selaput yang sangat tipis (dr. Irawan Eko, Spesialis Bedah RSU
Kardinah, 2008). Omphalocele berarti muara tali pusat dan dinding perut tidak
menyatu sehingga usus keluar (dr. Christoffel SpOG (K) RSUPM, 2008).
Omphalocele terjadi saat bayi masih dalam kandungan karena gangguan fisiologis
pada sang ibu, dinding dan otot-otot perut janin tak terbentuk dengan sempurna
akibatnya organ pencernaan seperti usus, hati, tali pusar, serta lainnya tumbuh
di luar tubuh. Jenis gastroschisis terjadi seperti omphalocele. Bedanya posisi
tali pusar tetap pada tempatnya (,2008 ,dr Redmal Sitorus).
Omphalokel
dideskripsikan pertama kali oleh seorang ahli bedah Prancis bernama Ambroise
Pare pada tahun 1634. Dia mendeskripsikan omphalokel secara akurat dan
melakukan penatalaksanaan secara konservatif berupa pemberian agen-agen
eskarotik pada permukaan selaput omphalokel uintuk merangsang epitelisasi.
Pendekatan penatalaksanaan tersebut kemudian menimbulkan beberapa masalah
diantaranya memerlukan waktu yang lama, sehingga membutukan pula nutrisi dan
metabolik yang toll. Selaput dapat pula pecah yang berakibat terjadinya
infeksi.
Baru
kemudian pada tahun 1948, Robet Gross di Boston memperkenalkan suatu metode
penutupan omphalokel yang besar dan sukses. Dia mendeskripsikan penutupan
omphalokele melalui 2 tahap. Tahap pertama ialah membuat skin flap untuk
melindungi organ-organ abdomen yang mengalami herniasi. Tahap kedua ialah
merepair hernia ventralis.
Schuster
pada tahun 1967 kemudian memperkenalkan penggunaan material prostetik untuk
memproteksi organ-organ abdomen selama tahapan pertama tersebut. Akhirnya pada
tahun 1969, Allen dan Wrenn memeperkenalkan pada suatu teknik “Silo”, dimana
organ-organ abdomen yang mengalami herniasi ditutup dengan satu lapis silastic
yang dilekatkan ke fascia dinding abdomen. Organ–organ abdomen tersebut
kemudian dimasukkan secara bartahap kedalam kavum abdomen melalui progesiv
tightening/tekanan manual dalam beberapa hari. Semenjak penenemuan itulah
penutupan defek omphalokel secara primer dimungkinkan pada masa-masa awal
bayi. Sampai saat ini berbagai usaha dilakukan untuk mendapatkan hasil
klinik yang memuaskan. Usaha tersebut meliputi manajemen prenatal dan
postnatal.
Omphalocele
suatu keadaan dimana viseral abdominal terdapat di luar cavum abdomen tetapi
masih didalam kantong amnion. Omphalocele dapat diartikan sebagai kantong
bening tidak berpembuluh darah yang terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan
amnion pada pangkal tali pusat. Omfalokel adalah herniasi sebagian isi intra
abdomen melalui cincin umbilikus yang terbuka ke dalam dasar tali pusat.
Ukurannya bervariasi dalam sentimeter, di dalamnya berisi
seluruh midgut, gaster dan hepar. Sekitar 70% kasus, omfalokel berhubungan
dengan kelainan yang lain. Kelainan terbanyak adalah kelainan kromosom.
Pada
perawatan konservatif kendala yang ada adalah perawatan yang lama, hasil yang
meragukan dengan peningkatan risiko infeksi. Sedang pada pendekatan
operatif kendala perlunya reintervensi. Pada omphalocele besar reparasi
dinding abdomen sebaiknya dilakukan pada umur 3-6 bulan. Penderita
omphalocele besar dengan kelainan ganda mempunyai prognosis yang buruk.
Penatalaksanaan secara konservatif menjadi suatu pilihan yang layak
dikemukakan. Adam memberikan rekomendasi penatalaksanaan omphalocele
mayor secara konservatif sebagai pilihan utama
Sudah lama
dikenal bahwa omfalokel sering berhubungan dengan kelainan penyerta lain, hal
ini menunjukkan keikutsertaan perkembangan embriologi secara umum. Kelainan
penyerta terjadi antara 30% sampai dengan 70% termasuk kelainan kromosom,
frekwensinya cenderung menurun, kelainan jantung kongenital, sindrom
Beckwith-Wiedemann (bayi dengan besar masa kehamilan, hiperinsulinisme,
viseromegali dari ginjal, glandula suprarenalis dan pancreas, makroglosia,
tumor hepatorenal, ekstrofia kloaka), Pentalogi Cantrell dan sindrom
Prune Belly (tidak tumbuhnya otot dinding abdomen, kelainan genitourinaria,
kriptorcismus). Atresia usus mungkin pula dijumpai dan diperkirakan sebagai
suatu akibat dari iskemia yang ditimbulkan oleh tekanan dari tepi defek dinding
abdomen.
BAB
III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Omfalokel
Omfalokel
adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang
hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit.
Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui
selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).
Omfalokel
(eksomfotos) merupakan suatu cacat umbilicus, tempat usus besar dan organ
abdomen lain dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai dengan kelainan kromosom,
yang harus disingkirkan. Cacat dapat bervariasi dan diameter beberapa
centimeter sampai keterlibatan dinding abdomen yang luas. Organ yang menonjol
keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang mudah terinfeksi. Rongga
abdomen sendiri sangat kecil, sehingga perbaikan bedah bisa sangat sulit atau
tidak mungkin, kecuali bila dinding abdomen yang tersisa cukup dapat direntang
untuk memungkinkan penempatan kembali isi abdomen. Penggantinya, cacat ini
dapat ditutupi dengan bahan sintetis seperti silastic, yang dapat digulung ke
atas, sehingga usus dapat didorong masuk secara bertahap ke dalam rongga
abdomen dalam masa beberapa minggu. (Pincus Eatzel dan Len Roberts. 1995.
Kapita Selekta Pediatri. EGC : Jakarta).
B. Etiologi
Penyebab pasti
terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa faktor resiko atau
faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalokel diantaranya
adalah infeksi, penggunaan
obat dan rokok pada ibu hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan
salisilat, kelainan genetik serta polihidramnion.
Menurut Glasser (2003) ada beberapa
penyebab omfalokel, yaitu:
1.
Faktor kehamilan dengan resiko tinggi,
seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi, penggunaan obat-obatan, merokok dan
kelainan genetik. Faktor-faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi
plasenta dan lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya
bayi dengan gastroschizis dan omfalokel paling sering dijumpai.
2.
Defisiensi asam folat, hipoksia dan
salisilat menimbulkan defek dinding abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi
kemaknaannya secara klinis masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan
MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi
memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus. Bila
suatu kelainan didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak untuk
dilakukan amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3.
Polihidramnion, dapat diduga adanya
atresia intestinal fetus dan kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.
C.
Tanda dan Gejala Omfalokel
Omfalokel
yaitu hernia umbilikalis inkomplet terdapat waktu lahir ditutup oleh
peritonium, selai Warton dan selaput amnion. Hernia umbilikalis biasanya tanpa
gejala, jarang yang mengeluh nyeri. Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang
menonjol pada omfalokel bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar.
Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol, tetapi jika lubangnya
besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
D.
Penyebab Terjadinya Omfalokel
Omfalokel
disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu
janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini
dapat terlihat dengan adanya prostrusi (sembilan) dari kantong yang berisi usus
dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus
terlihat menonjol keluar).
Angka kematian tinggi
bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.
(Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. Jakarta: EGC, 1997).
Pada
25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh kelainan
bawaan lainnya, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika dan kelainan
jantung.
E.
Penatalaksanaan
Omfalokel
·
Pengobatan
Omfalokel (eksomfalokel) adalah suatu
hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dan dibungkus suatu kantong
peritoneum. Penanganannya adalah secara operatif dengan menutup lubang pada
pusat. Kalau keadaan umum bayi tidak mengizinkan, isi perut yang keluar
dibungkus steril dulu setelah itu baru dioperasi.
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan
infeksi perut, segera dilakukan pembedahan untuk menutup omfalokel. Sebelum
dilakukan operasi, bila kantong belum pecah, harus diberi merkurokrom dan
diharapkan akan terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut
sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi
dilakukan segera sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan
semua isi usus dan otot visera sekaligus ke rongga abdomen akan menimbulkan
tekanan yang mendadak pada paru sehingga timbul gejala gangguan pernapasan.
·
Penatalaksanaan
prenatal pada ompalokel
Apabila
terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan informed
consent pada orang tua tentang keadaan janin, resiko terhadap ibu, dan
prognosis. Informed consent sebaiknya melibatkan ahli kandungan, ahli anak dan
ahli bedah anak. Keputusan akhir dibutuhkan guna perencanaan dan
penatalaksanaan berikutnya berupa melanjutkan kehamilan atau mengakhiri
kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan observasi melalui
pemeriksaan USG berkala juga ditentukan tempat dan cara melahirkan. Selama
kehamilan omphalokel mungkin berkurang ukurannya atau bahkan ruptur sehingga
mempengaruhi pronosis.
Oak
Sanjai (2002) meyebutkan bahwa komplikasi dari partus pervaginam pada bayi
dengan defek dinding abdomen kongenital dapat berupa distokia dengan kesulitan
persalinan dan kerusakan organ abdomen janin termasuk liver. Walaupun demikian,
sampai saat ini persalinan melalui sectio caesar belum ditentukan sebagai
metode terpilih pada janin dengan defek dinding abdomen. Ascraft (1993)
menyatakan bahwa beberapa ahli menganjurkan pengakhiran kehamilan jika
terdiagnosa omphalokel yang besar atau janin memiliki kelainan konggenital
multipel.
·
Penatalaksanan
postnatal (setelah kelahiran)
Penatalaksannan postnatal meliputi
penatalaksanaan segera setelah lahir (immediate postnatal), kelanjutan
penatalakasanaan awal apakah berupa operasi atau nonoperasi (konservatif) dan
penatalaksanaan postoperasi. Secara umum penatalaksanaan bayi dengan
omphalokele dan gastroskisis adalah hampir sama. Bayi sebaiknya dilahirkan atau
segera dirujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas perawatan intensif
neonatus dan bedah anak. Bayi-bayi dengan omphalokel biasanya mengalami lebih
sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih sedikit membutuhkan resusitasi
awal cairan dibanding bayi dengan gastroskisis.
1.
Konservatif
Dilakukan bila penutupan secara primer tidak memungkinkan,
misalnya pada omfalokel dengan diameter > 5 cm. Perawatan dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
a. Bayi dijaga agar tetap hangat
b. Kantong ditutup kasa steril dan
ditetesi NaCl 0,9%
c. Posisi penderita miring
d. NGT diisap tiap 30 menit
·
Penatalaksanaan
nonnoperasi (konservatif)
Penatalaksanaan omfalokel secara
konservatif dilakukan pada kasus omfalokel besar atau terdapat perbedaan yang
besar antara volume organ-organ intraabdomen yang mengalami herniasi atau
eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele atau terdapat
status klinis bayi yang buruk sehingga ada kontra indikasi terhadap operasi
atau pembiusan seperti pada bayi-bayi prematur yang memiliki hyaline embran
disease atau bayi yang memiliki kelainan kongenital berat yang lain seperti
gagal jantung. Pada giant omphalocele bisa terjadi herniasi dari seluruh
organ-organ intraabdomen dan dinding abdomen berkembang sangat buruk, sehingga
sulit dilakukan penutupan (operasi/repair) secara primer dan dapat membahayakan
bayi. Beberapa ahli, walaupun demikian, pernah mencoba melakukan operasi pada
giant omphalocele secara primer dengan modifikasi dan berhasil. Tindakan
nonoperatif secara sederhana dilakukan dengan dasar merangsang epitelisasi dari
kantong atau selaput. Suatu saat setelah granulasi terbentuk maka dapat
dilakukan skin graft yang nantinya akan terbentuk hernia ventralis yang akan
direpair pada waktu kemudian dan setelah status kardiorespirasi membaik.
Beberapa obat yang biasa digunakan
untuk merangsang epitelisasi adalah 0,25 % merbromin (mercurochrome), 0,25%
silver nitrat, silver sulvadiazine dan povidone iodine (betadine). Obat-obat
tersebut merupakan agen antiseptik yang pada awalnya memacu pembentukan eskar
bakteriostatik dan perlahan-lahan akan merangsang epitelisasi. Obat tersebut
berupa krim dan dioleskan pada permukaan selaput atau kantong dengan
elastik dressing yang sekaligus secara perlahan dapat menekan dan menguragi isi
kantong.
·
Indikasi
terapi non bedah adalah:
Bayi
dengan ompalokel raksasa (giant omphalocele) dan kelainan penyerta yang mengancam
jiwa dimana penanganannya harus didahulukan daripada omfalokelnya. Neonatus
dengan kelainan yang menimbulkan komplikasi bila dilakukan pembedahan. Bayi
dengan kelainan lain yang berat yang sangat mempengaruhi daya tahan hidup.
Prinsip
kerugian dari metode ini adalah kenyataan bahwa organ visera yang mengalami
kelainan tidak dapat diperiksa, sebab itu bahaya yang terjadi akibat kelainan
yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan komplikasi misalnya obstruksi usus yang
juga bisa terjadi akibat adhesi antara usus halus dan kantong. Jika
infeksi dan ruptur kantong dapat dicegah, kulit dari dinding anterior abdomen
secara lambat akan tumbuh menutupi kantong, dengan demikian akan terbentuk
hernia ventralis, karena sikatrik yang terbentuk biasanya tidak sebesar bila
dilakukan operasi. Metode ini terdiri dari pemberian lotion antiseptik secara
berulang pada kantong, yang mana setelah beberapa hari akan terbentuk skar.
Setelah sekitar 3 minggu, akan terjadi pembentukan jaringan granulasi yang
secara bertahap karena terjadi epitelialisasi dari tepi kantong. Penggunaan
antiseptik merkuri sebaiknya dihindari karena bisa menghasilkan
blood and tissue levels of mercury well above minimum toxic levels. Alternatif
lain yang aman adalah alkohol 65% atau 70% atau gentian violet cair 1%. Setelah
keropeng tebal terbentuk,bubuk antiseptik dapat digunakan. Hernia ventralis
memerlukan tindakan kemudian tetapi kadang-kadang menghilang secara komplet.
·
Penatalaksanaan dengan operasi
Tujuan
mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga abdomen dan menutup defek.
Dengan adanya kantong yang intak, tak diperlukan operasi emergensi, sehingga
seluruh pemeriksaan fisik dan pelacakan kelainan lain yang mungkin ada dapat
dikerjakan. Keberhasilan penutupan primer tergantung pada ukuran defek serta
kelainan lain yang mungkin ada (misalnya kelainan paru)
Tujuan
operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama ketahanan hidup yang
optimal dan menutup defek dengan cara mengurangi herniasi organ-organ intra abomen,
aproksimasi dari kulit dan fascia serta dengan lama tinggal di RS yang pendek.
Operasi dilakukan setelah tercapai resusitasi dan status hemodinamik stabil.
Operasi dapat bersifat darurat bila terdapat ruptur kantong dan obstruksi usus.
Operasi
dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure (penutupan secara primer
atau langsung) dan staged closure (penutupan secara bertahap).
F.
Asuhan Kebidanan
Seorang ibu hamil umur 27 tahun dari desa sumber
rejo dating ke BPS dengan pembukaan lengkap dan siap untuk dipimpin melahirkan,
setelah anaknya keluar ternyata bayi tersebut mengalami kelainan bawaan yaitu
usus bayi tersebut berada diluar perut dengan ditutup selaput tipis yang tembus
pandang (ompalokel). Maka yang harus dilakukan bidan sebagai pertolongan pertama
pada bayi tersebut yaitu :
§ Kantong omfalokel dibungkus kasa
yang dibasahi betadin
§ Lalu bungkus dengan plastic
§ Masukkan bayi kedalam incubator dan
diberi oksigen untuk melakukan rujukan
§ Pasang NGT dan rectal tube Antibiotika.
Adapun
pertolongan lanjutan segera bayi dengan omphalokel yaitu :
1. Tempatkan bayi pada ruangan yang aseptik
dan hangat untuk mencegah kehilangan cairan, hipotermi dan infeksi.
2. Posisikan bayi senyaman mungkin dan
lembut untuk menghindari bayi menangis dan air swallowing. Posisi kepala
sebaiknya lebih tinggi untuk memperlancar drainase.
3. Lakukan penilaian ada/tidaknya
distress respirasi yang mungkin membutuhkan alat bantu ventilasi seperti
intubasi endotrakeal. Beberapa macam alat bantu ventilasi seperti mask tidak
dianjurkan karena dapat menyebabkan masuknya udara kedalam traktus
gastrointestinal.
4. Pasang pipa nasogastrik atau
pipa orogastrik untuk mengeluarkan udara dan cairan dari sistem usus sehingga
dapat mencegah muntah, mencegah aspirasi, mengurangi distensi dan tekanan
(dekompresi) dalam sistem usus sekaligus mengurangi tekanan intra abdomen,
demikian pula perlu dipasang rectal tube untuk irigasi dan untuk dekompresi
sistem usus.
5. Pasang kateter uretra untuk
mengurangi distensi kandung kencing dan mengurangi tekanan intra abdomen. Pasang
jalur intra vena (sebaiknya pada ektremitas atas) untuk pemberian cairan dan
nutrisi parenteral sehingga dapat menjaga tekanan intravaskuler dan menjaga
kehilangan protein yang mungkin terjadi karena gangguan sistem usus, dan
untuk pemberian antibitika broad spektrum.
6. Lakukan monitoring dan
stabilisiasi suhu, status asam basa, cairan dan elektrolit
7. Pada omphalokel, defek ditutup
dengan suatu streril-saline atau povidone-iodine soaked gauze, lalu ditutup
lagi dengan suatu oklusif plastik dressing wrap? atau plastik bowel bag.
Tindakan harus dilakukan ekstra hati hati diamana cara tersebut dilakukan
dengan tujuan melindungi defek dari trauma mekanik, mencegah kehilangan panas
dan mencegah infeksi serta mencegah angulasi sistem usus yang dapat mengganggu
suplai aliran darah.
8. Pemeriksaan darah lain seperti
fungsi ginjal, glukosa dan hematokrit perlu dilakukan guna persiapan operasi
bila diperlukan
9. evaluasi adanya kelainan kongenital
lain yang ditunjang oleh pemeriksaan rongent thoraks dan ekhokardiogram.
Bila bayi akan dirujuk sebaiknya bayi
ditempatkan dalam suatu inkubator hangat dan ditambah oksigen.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Omfalokel
adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang
hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit.
Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui
selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).
Pada
25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh kelainan
bawaan lainnya, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika dan kelainan
jantung. Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel
bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin
hanya usus yang menonjol tetapi jika lubangnya besar, hati juga bisa menonjol
melalui lubang tersebut. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik, dimana isi perut terlihat dari luar melalui selaput peritoneum. Agar
tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan
untuk menutup omfalokel.
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Prawihadjo sarwono. 2007. Ilmu
kebidanan. Jakarta:yayasan bina pustaka
Rustam Mochtar.
1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Ngastiyah.
1997. Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. Jakarta: EGC.
Pincus Eatzel dan Len Roberts. 1995. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta.
13-09-2011. jam 15:15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar