BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat
tinggi pada bayi yang mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas
pada bayi adalah Hipospadia.
Hipospadia
merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 kelahiran bayi
laki-laki hidup.
Hipospadia adalah salah satu
kelainan bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk
mendiagnosanya, hanya pengelolaanya harus dilakukan oleh mereka yang
betul-betul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hipospadia
dapat dikaitkan dengan kelainan kongenital lain seperti anomali ginjal,
undesensus testikulorum dan genetik seperti sindroma klinefelter. Hipospadia
tidak terjadi pada bayi perempuan, jika ada itu hanya sedikit sekali dibanding
bayi laki-laki.
B.
Tujuan penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk mengetahui, memahami dan mempelajari serta dapat menjelaskan pengertian
hipospadia, etiologi, tanda gejala hipospadia, dan pentalaksanaan hipospadia.
C.
Manfaat penulisan
Adapun
manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah dan memperluas pengetahuan tentang
penyakit Hipospadia, bagi penulis dan
pembaca.
2. Memberikan informasi tentang Hipospadia bagi
pembaca.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Tinjauan
Teori Menurut Beberapa Referensi Buku
Hipospadia
adalah suatu kelainan bawaan yang letak meatus uretra eksterna (dibagian
permukaan muara atau saluran uretra) terletak lebih keproksimal yaiu lebih
dekat dengan pangkal dipermukaan ventral penis. Pada keadaan normal meatus
uretra ekstrena ini terletak pada ujung glans penis (bagian paling distal atau
lebih jauh dari pangkal). (Hermana, Asep. 2000. Teknik Khitan Panduan
Lengkap Sistematis dan Praktis. Jakarta : Widya Media).
Hipospadia
adalah kelainan bawahaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah
dekat pangkal penis.(Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit : Jakarta : EGC)
Hipospadia
adalah muara uretra yang terletak di bawah permukaan buah zakar. (Kamus
Kedokteran. 2003. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC).
Sebuah teori mengungkapkan kelainan ini
disebabkan oleh penghentian prematur perkembangan sel-sel penghasil androgen di
dalam testis, sehingga produksi androgen terhenti dan mengakibatkan
maskulinisasi inkomplit dari alat kelamin luar. Proses ini menyebabkan gangguan
pembentukan saluran kencing (uretra), sehingga saluran ini dapat berujung di
mana saja sepanjang garis tengah penis tergantung saat terjadinya gangguan
hormonal. Semakin dini terjadinya gangguan hormonal, maka lubang kencing
abnormal akan bermuara semakin mendekat ke pangkal.
BAB III
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian
Hipospadia
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang
berarti di bawah dan spadon yang berarti keratan yang panjang.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian
bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia
merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3
diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan
lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk
hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah
batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar)
atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu
suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah
pada saat ereksi.
Sebagian besar anak dengan
kelainan hipospadia memiliki bentuk batang penis yang melengkung.
Biasanya di sekitar lubang kencing abnormal tersebut terbentuk jaringan ikat (fibrosis)
yang bersifat menarik dan mengerutkan kulit sekitarnya. Jika dilihat dari
samping, penis tampak melengkung seperti kipas (chordee, bahasa
Latin); secara spesifik jaringan parut di sekitar muara saluran kencing
kemudian disebut chordee. Tidak setiap hipospadia memiliki chordee.
Seringkali anak laki-laki dengan hipospadia juga memiliki kelainan berupa
testis yang belum turun sampai ke kantung kemaluannya (undescended testis).
Klasifikasi Hipospadia
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra
eksternum/meatus :
1. Tipe
Sederhana/Tipe Anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan
coronal. Pada tipe ini, meatus teletak pada pangkal glands penis. Secara
klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan.
Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2. Tipe penil/Tipe
Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile,
dan pene-escrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan
scrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium
bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis
menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah
secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka
sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat
berguna untuk tindakan bedah selanjutnya
3. Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe
scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umunya pertumbuhan penis akan terganggu,
kadang disertai dengan scrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya
testis tidak turun
1.2
Etiologi
Penyebabnya
sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab
pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap
paling berpengaruh antara lain :
1.
Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
Hormone yang
dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin
(pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam
tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri
telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja
tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan
dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena
gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen
yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut
tidak terjadi.
3.
Lingkungan
Biasanya faktor
lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat
teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
1.3 Tanda
gejala
Letak lubang
kencing yang masih di kepala penis biasanya jarang menimbulkan keluhan bagi
penderita pada usia anak-anak. Keluhan akan timbul pada kelainan yang lebih
berat dan pada usia penderita yang lebih tua.
Kelainan lebih
berat yang menimbulkan keluhan, antara lain letak lubang kencing yang semakin
ke arah pangkal penis dan/atau adanya bentuk penis yang melengkung. Jika
kelainan bentuk ini tidak diperbaiki dengan tindakan operasi, penderita kelak
akan mengalami gangguan fungsi berkemih berupa arah dan pancaran
berkemih yang tidak normal. Pada keadaan yang sangat berat, penderita bahkan
tidak dapat berkemih dalam posisi berdiri karena urin keluar merembes sehingga
penderita akan lebih nyaman dalam posisi jongkok.
Masalah yang
timbul akan semakin rumit sejalan bertambahnya usia penderita. Masalah
psikologis timbul akibat bentuk penis yang tidak normal dan kebiasaan berkemih
yang tidak lazim seperti anak laki-laki normal yang sebaya. Pada usia
pascapubertas dan pada usiareproduksi, penderita akan mengalami masalah fungsi
reproduksi berkenaan dengan bentuk penis yang melengkung saat ereksi, kesulitan
penetrasi penis saat berhubungan badan dan gangguan pancaran ejakulasi.
1.4
Faktor Penyebab
Penyebab dari
hipospadia sampai saat ini belum dapat diijelaskan secara pasti, namun
teori-teori yang berkembang umumnya mengaitkan kelainan ini dengan masalah
hormonal.
1.5
Penatalaksanaan
Untuk
saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Operasi ini
bertujuan untuk merekonstruksi penis agar lurus dengan orifisium uretra pada
tempat yang normal atau diusahakan untuk senormal mungkin. Operasi sebaiknya
dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam bulan sampai usia prasekolah. Hal
ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu
“spesial”, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang
lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus
melakukannya dengan jongkok aga urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Anak yang
menderita hipospadia hendaknya jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan
tindakan operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit preputium penis untuk
menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia.
Tahapan operasi rekonstruksi antara lain :
1. Meluruskan
penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Hal ini dikarenakan
pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatu chorda yang merupakan
jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis penderita bengkok. Langkah
selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis
untuk menutup sulcus uretra.
2. Uretroplasty
Tahap kedua ini
dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada glans penis.
Uretroplasty yaitu membuat fassa naficularis baru pada glans penis yang
nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk sebelumnya
melalui tahap pertama.
Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentuknya. Urin untuk sementara dikeluaskan melalui sonde yang dimasukkan pada vesica urinaria (kandung kemih) melalui lubang lain yang dibuat olleh dokter bedah sekitar daerah di bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.
Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentuknya. Urin untuk sementara dikeluaskan melalui sonde yang dimasukkan pada vesica urinaria (kandung kemih) melalui lubang lain yang dibuat olleh dokter bedah sekitar daerah di bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.
1.6
Asuhan Kebidanan
Ibu Z melakukan
persalinanan di BPS, setelah dilakukian pemeriksaan Bayi Baru Lahir secara inspeksi bidan mendapati bayi ibu Z
memiliki saluran atau lubang kencing tidak pada tempat semestinya. Yang Perlu
bidan lakukan adalah menjelaskan hasil pemeriksaan fisik pada ibu, dan memberitahu
secara jelas tentang keadaan bayinya yang memiliki kelainan pada lubang saluran
kencing.
Bidan juga
menjelaskan tentang penanganan kelainan saluran kencing yang disebut
Hipospadia. Penanganan Hipospadia bisa diatasi dengan pemeriksaan fisik kepada
bayi yang baru lahir dan apabila bayi tersebut menglami hipospadia bidan
sebaiknya melakukan rujukan kepada dokter agar bayi tersebut mendapat
penanganan medis dengan lebih lanjut dan bisa dilakuakan operasi yang bertujuan
untuk menjadikan penis menjadi lurus dan menjadikan saluran kencing tepat pada
tempatnya.
Operasi
sebaiknya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan sampai usia prasekolah Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar
bahwa ia begitu “spesial”, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu
dimana anak yang lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan
ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok agar urin tidak “mbleber” ke
mana-mana. Apabila waktu atau usia telah mencukupi segera rujuk dan dibawa ke
Rumah Sakit
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan
pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya
pengelolaanya harus dilakukan oleh mereka yang betul-betul ahli supaya
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hipospadia
adalah suatu kelainan bawaan yang letak meatus uretra eksterna (dibagian
permukaan muara atau saluran uretra) terletak lebih keproksimal yaiu lebih
dekat dengan pangkal dipermukaan ventral penis. Pada keadaan normal meatus
uretra ekstrena ini terletak pada ujung glans
Tipe hipospadia berdasarkan letak
orifisium uretra eksternum/meatus :
1.Tipe
Sederhana/Tipe Anterior
2. Tipe penil/Tipe Middle
3 Tipe Posterior.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar